Senin, 14 Mei 2012

Osteoarthritis

Osteoarthritis atau juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai perubahan klinis, histologi dan radiologis (Kuntono,2005). Osteoarthritis secara patologis dicirikan dengan penurunan secara progresif dan akhirnya hilangnya kartilago sendi dengan perubahan reaktif pada batas-batas sendi dan pada tulang subkondral (Garrison, 1996).
Osteoarthritis merupakan bentuk radang sendi yang serius, salah satu jenis rematik atau rasa sakit di tulang. Osteoartritis bermula dari kelainan pada tulang rawan sendi, seperti kolagen dan proteoglikan. Akibat dari kelainan pada sel-sel tersebut, tulang rawan akhirnya menipis dan membentuk retakan-retakan pada permukaan sendi. Rongga kecil akan terbentuk di dalam sumsum dari tulang di bawah tulang rawan tersebut, sehingga tulang yang bersangkutan menjadi rapuh. Osteoartritis terjadi akibat tulang rawan yang menyambungkan ujung tulang dengan tulang yang lain, menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi, jika tulang rawan menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak dan gerakanannya menyebabkan nyeri dan ngilu. Beberapa penelitian memperkirakan, osteoartritis disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti berat badan, proses penuaan, cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan gen.
Osteoarthritis dapat dibedakan menjadi :
a.       Osteoarthritis Primer
Dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, danjari-jari.
b.      Osteoarthritis Sekunder
Dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik. 
Epidemiologi
Prevalensi osteoarthritis cukup tinggi. Di seluruh dunia kecenderungan penderita wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria, diperkirakan 9,6 % pria dan 18% wanita berumur 60 tahun atau lebih menderita osteoarthritis. Insiden osteoarthritis meninggkat dengan bertambahnya usia, 80% pasien berusia lebih dari 75 tahun memiliki bukti radiolohis adanya osteoarthritis. Presentasi ini dapat terus meningkat akibat pola hidup tidak sehat, obesitas dan bertambahnya usia harapan hidup. Pada masa yang akan datang tantangan terhadap dampak osteoarthritis akan lebih besar karena semakin banyak populasi lansia. Didukung data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 200, menyebutkan Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Gejala
Secara umum, gejala utama osteoarthritis adalah timbulnya rasa nyeri. Walaupun demikian, penyakit ini bisa tanpa gejala (asimptomatik), artinya walaupun menurut hasil X-ray hampir 70% diantara kita yang melewati usia 70 tahun dideteksi menderita penyakit osteoarthritis, tetapi hanya setengahnya yang mengeluhkan gejalanya, sedangkan sisanya hidup secara normal. Berikut ini gejala-gejala osteoarthritis:
a.    Persendian terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan. Pada mulanya hanya terjadi pada pagi hari, tetapi apabila dibiarkan akan bertambah buruk dan menimbulkan rasa sakit setiap melakukan gerakan tertentu, terutama pada waktu menopang berat badan, namun bisa membaik bila diistirahatkan. Pada beberapa penderita, nyeri sendi dapat timbul setelah istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau di jok mobil dalam perjalanan jauh. Terkadang juga dirasakan setelah bangun tidur di pagi hari.
b.    Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian.
c.    Persendian yang sakit berwarna kemerah-merahan.
d.   Kelelahan yang menyertai rasa sakit pada persendian.
e.    Kesulitan menggunakan persendian.
f.     Bunyi pada setiap persendian (crepitus). Gejala ini tidak menimbulkan rasa sakit, hanya rasa tidak nyaman pada setiap persendian (umumnya lutut).
g.    Perubahan bentuk tulang. Ini akibat jaringan tulang rawan yang semakin rusak, tulang mulai berubah bentuk dan meradang, menimbulkan rasa sakit yang amat sangat. 
Factor risiko
a.       Usia
Merupakan faktor resiko tertinggi untuk osteoarthritis. Peningkatan prevalensi osteoarthritis dijumpai seiring dengan peningkatan usia. Pada survey radiografik terhadap perempuan berusia kurang dari 45 tahun, hanya 2 % menderita osteoarthritis; namun, antara usia 45 tahun dan 65 tahun prevalensinya 30 %, sedangkan untuk yang berusia lebih dari 65 tahun angkanya 68 %. Pada laki-laki, angkanya serupa tetapi sedikit lebih rendah pada kelompok usia tua (Cash, 2000).
b.      Obesitas
Pada keadaan normal berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi otot paha bagian lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah/ sentral sendi lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas, resultan gaya akan bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi lutut tidak seimbang (Parjoto, 2000). Pada orang yang memiliki indeks massa tubuh berada di quintile tertinggi pada pemeriksaan dasar, resiko relatif mengalami OA lutut dalam 36 tahun mendatang adalah 1,5 untuk laki-laki dan 2,1 untuk perempuan. Untuk OA lutut yang parah, resiko relatif meningkat menjadi 1,9 untuk laki-laki dan 3,2 untuk perempuan, yang mengisyaratkan bahwa kegemukan berperan lebih besar dalam etiologi kasus OA lutut yang parah (Brandt, 2000).
c.       Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani sendi lutut
Mempunyai resiko terserang OA lebih besar (Parjoto, 2000). Osteoarthritis lebih sering terjadi pada sendi yang digerakkan secara berulang daripada sendi lain di tangan. Laki-laki yang pekerjaannya memerlukan penekukan lutut dan paling sedikit tuntutan fisik tingkat sedang lebih sering memiliki tanda radiografik OA lutut, dan gambaran radiografiknya cenderung lebih berat daripada laki-laki yang pekerjaannya tidak memerlukan keduanya (Kalim, 1996).
d.      Jenis kelamin
Wanita lebih banyak daripada pria (Parjoto, 2000) Menurut penelitian di Amerika Serikat, osteoarthritis lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria. Ini berhubungan dengan menopause. Pada periode ini, hormon estrogen tidak berfungsi lagi. Sementara salah satu fungsi hormon ini adalah untuk mempertahankan massa tulang. Bentuk tubuh perempuan juga menjadi penyebab mengapa perempuan lebih berisiko mengalami osteoarthritis. Tubuh wanita lebih lebar di bagian pinggul, sementara laki-laki cenderung lurus. Biasanya lemak bertambah di pinggul dan perut ketika perempuan beranjak tua. Ini jelas akan memberikan beban yang lebih besar untuk lutut.. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki-laki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA (Kalim, 1996).
e.       Faktor hormonal/ metabolism
Diabetes melitus berperan sebagai predisposisi timbulnya OA. Meskipun belum ada bukti yang jelas bahwa faktor hormonal terlibat sebagai penyebab OA. Bagaimanapun, perubahan degeneratif di lutut dan spine pada umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit diabetes. Pasien yang mengalami hypothyroid biasanya/ sering mengeluh nyeri pada otot, tapi angka kejadian OA tidak meningkat pada kasus ini (Moll, 1987).
f.       Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA tampaknya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan (Kalim, 1996).
g.      Riwayat imobilisasi.
h.      Riwayat trauma atau radang di persendian sebelumnya.
i.        Adanya stress (tekanan) pada sendi yang berkepanjangan ataupun berlebihan (overuse), misalnya pada olahragawan.
j.        Adanya kristal pada cairan sendi atau tulang rawan.
k.      Densitas (kepadatan) tulang yang tinggi.
l.        Neuropati perifer. Neuropati perifer (peripheral neuropathy) adalah penyakit pada saraf perifer. Saraf tersebut adalah semua saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang belakang (perifer berarti jauh dari pusat).
m.    Faktor lainnya seperti ras, keturunan, dan metabolik.

 Pengobatan
Pengobatan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan luas pergerakan sendi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Cara pengobatan adalah dengan edukasi kepada pasien untuk terus menjaga kesehatan persendiannya dengan mengetahui seluk beluk osteoarthritis, olahraga yang ringan, modifikasi aktivitas keseharian yang sesuai, pengobatan dengan menggunakan Glucosamine dan Chondroitin, terapi alternatif, suntik sendi, dan yang paling serius dilakukan adalah operasi pembedahan.
Perjalanan penyakit osteoarthritis terdiri dari empat stadium. Pada stadium yang lebih awal, seperti stadium 1 dan 2, pengobatannya dapat dilakukan dengan penanganan umum atau pencegahan, pemberian obat-obatan, atau pembersihan sendi. Salah satu suplemen makanan yang digunakan untuk terapi osteoarthritis adalah Glucosamine dan Chondroitin, masing-masing memiliki fungsi yaitu:
  • Glukosamine adalah bahan pembentukan proteoglycan, bekerja dengan merangsang pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat perusakan tulang rawan.
  • Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan dan menghambat perusakan tulang rawan.
Pembersihan dan pencucian sendi yang dikenal dengan istilah debridement dan lavage saat ini dapat dilakukan dengan bantuan arthroscopy. Lewat alat ini dokter dapat memasukkan teropong kecil ke dalam sendi dan melihat keadaan sendi di layar monitor. Alat ini juga dapat digunakan untuk diagnosis dan terapi (pengobatan) pada sendi, baik sendi lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, kaki, maupun panggul dengan indikasi utama untuk cedera sendi akibat olahraga.
Sebelumnya, penanganan osteoarthritis dilakukan dengan operasi konvensional, yakni teknik operasi dengan luka besar. Teknik ini memerlukan proses pemulihan lebih lama dan risiko operasi pun lebih besar. Dengan arthroscopy, risiko tersebut bisa dikurangi. Luka untuk memasukkan alat ini sangat kecil, sekitar 1,5 centimeter dan biasanya hanya diperlukan dua buah luka kecil sehingga secara kosmetik akan tampak lebih baik. Dalam penggunaan arthroscopy, dokter melakukan pembersihan sendi yang sakit dengan mencucinya hingga bersih. Selain itu, dokter dapat pula melihat langsung ke dalam sendi dan apabila ada kelainan maka dapat dilakukan perbaikan atau tindakan lain melalui luka yang kecil tadi. Kelainan dalam sendi yang sulit dilihat dengan pemeriksaan radiologis dapat pula dilihat secara langsung melalui arthroscopy.
Untuk penanganan osteoarthritis dengan melakukan operasi dapat dilakukan juga melalui proses viskosuplementasi. Proses viskosuplementasi adalah cara yang dapat membantu pemulihan dan peningkatan pembatalan serta pelumasan cairan sinovial persendian pada penderita osteoarthritis. pada proses viskosuplementasi dilakukan penyuntikan semacam cairan atau gel yang sama dengan cairan sinovial ke dalam persendian untuk memulihkan sifat peredam kejut (shock breaker) serta pelumasan cairan sinovial yang terkena osteoarthritis.
Pada stadium lanjut, seperti stadium 3 dan 4, sering kali sendi, terutama lutut, menjadi bengkok sehingga diperlukan penggantian sendi lutut. Tindakan yang disebut arthroplasty ini adalah penggantian permukaan sendi pangkal paha. Setelah operasi ini, pasien dapat berjalan kembali dengan baik tanpa terasa nyeri.
Untuk tips perawatannya:
  • Berikan kompres air hangat pada bagian yang sakit untuk mengurangi nyeri, relaksasi, dan melancarkan aliran darah.
  • Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan ketegangan otot saat terjadi kekambuhan.
Jika ada gejala osteoporosis, dapat dilakukan terapi hormon, pemberian kalsium, dan vitamin D.

Pencegahan
1.    Pencegahan Premordial
Pada prinsipnya upaya pencegahan premordial adalah mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam masyarakat serta melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap resiko yang ada atau berlangsung dalam masyarakat.
Untuk penyakit osteoartrhitis, pencegahan premordialnya antara lain :
  • Membuat sarana olahraga umum seperti jogging track dan fasiitas olahraga lainnya
  • Mempertahankan pola makan yang sehat.
2.    Pencegahan Primer
a.    Promosi kesehatan
·                      Promosi tentang bahaya dari penyakit osteoarthritis
·                      Mengadakan penyuluhan akan kesedaran pola hidup sehat
b.    Pencegahan Khusus
·         Menjaga berat badan. Merupakan faktor yang penting agar bobot yang ditanggung oleh sendi menjadi ringan.
·         Melakukan jenis olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian atau yang menyebabkan terjadinya perlukaan sendi. Contohnya berenang dan olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk dan tiduran.
·         Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur. Jangan memaksa untuk melakukan olahraga porsi berat pada usia lanjut. Tidak melakukan aktivitas gerak pun sangat tidak dianjurkan. Tubuh yang tidak digerakkan akan mengundang osteoporosis.
·         Menghindari trauma (perlukaan) pada persendian.
·         Meminum obat-obatan suplemen sendi (atas konsultasi dan anjuran dokter).
·         Mengkonsumsi makanan sehat.
·         Memilih alas kaki yang tepat & nyaman.
·         Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik.
·         Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.
·         Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.
3.    Pencegahan Sekunder
a.    Diagnosis Dini
Diagnosois dini dapat dilakukan dengan cara:
·  Pencitraan, meliputi:
-       Sinar X
Pencitraan dengan sinar X terhadap persendian yang terkena osteoarthritis dapat melihat penyempitan di persendian. Kondisi ini mengindikasikan bahwa tulang rawan kian terkikis. Sinar X juga mengetahui adanya penonjolam tulang di sekitar sendi, bahkan banyak orang yang sudah tahu mereka menderita osteoarthritis setelah menjalani pemeriksaaan dengan sinar X, meskipun belum muncul gejala.
-     Magnetic resonance imarging (MRI). MRI merupakan gelombang radio dan medan magnet kuat untuk menghasilkan gambar yang jelas dari tulang dan jaringan lunak, termasuk tulang rawan. Hal ini dapat membantu untuk mengetahui penyebab pasti rasa sakit pada persendian
·    Uji Laboratorium, meliputi:
-       Tes darah
Tes darah dapat membantu mengetahui penyebab lain dari sakit persendian, misalnya rheumatoid arthritis.
-       Analisis cairan sendi
Digunakan jarum khusus untuk menyedot cairan dari persendian yang sakit, kemudian cairan tersebut diperiksakan di laboratorium untuk menentukan apakah ada peradangan atau disebabkan oleh encok atau infeksi.
b.    Pengobatan Secara Tepat
Pengobatan secara tepat dapat dilakukan dengan operasi, meliputi:
·       Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
·       Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
·       Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
4.    Pencegahan Tersier
a.    Rehabilitasi
Rehabitasi untuk penyakit osteoarthritis dapat dilakukan dengan melatih mobilisasi dan mengkonsumsi makanana bergizi (khususnya tinggi kalsium)

DAFTAR PUSTAKA




1 komentar: