Osteoarthritis
atau juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada
kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai perubahan klinis, histologi dan
radiologis (Kuntono,2005). Osteoarthritis secara patologis dicirikan dengan
penurunan secara progresif dan akhirnya hilangnya kartilago sendi dengan
perubahan reaktif pada batas-batas sendi dan pada tulang subkondral (Garrison,
1996).
Osteoarthritis merupakan bentuk radang sendi yang
serius, salah satu jenis rematik atau rasa sakit di tulang. Osteoartritis
bermula dari kelainan pada tulang rawan sendi, seperti kolagen dan
proteoglikan. Akibat dari kelainan pada sel-sel tersebut, tulang rawan akhirnya
menipis dan membentuk retakan-retakan pada permukaan sendi. Rongga kecil akan
terbentuk di dalam sumsum dari tulang di bawah tulang rawan tersebut, sehingga
tulang yang bersangkutan menjadi rapuh. Osteoartritis terjadi akibat tulang
rawan yang menyambungkan ujung tulang dengan tulang yang lain, menurun
fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan
iritasi, jika tulang rawan menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua
tulang yang bertemu menjadi rusak dan gerakanannya menyebabkan nyeri dan ngilu. Beberapa penelitian memperkirakan,
osteoartritis disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti berat badan,
proses penuaan, cedera engsel atau stres, kelelahan otot dan gen.
Osteoarthritis dapat dibedakan menjadi :
a. Osteoarthritis
Primer
Dialami
setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak
diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan
dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang
menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung,
leher, danjari-jari.
b. Osteoarthritis
Sekunder
Dialami
sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang
menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak
sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab
lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.
Epidemiologi
Epidemiologi
Prevalensi
osteoarthritis cukup tinggi. Di seluruh dunia kecenderungan penderita wanita
lebih tinggi dibandingkan dengan pria, diperkirakan 9,6 % pria dan 18% wanita
berumur 60 tahun atau lebih menderita osteoarthritis. Insiden osteoarthritis
meninggkat dengan bertambahnya usia, 80% pasien berusia lebih dari 75 tahun
memiliki bukti radiolohis adanya osteoarthritis. Presentasi ini dapat terus
meningkat akibat pola hidup tidak sehat, obesitas dan bertambahnya usia harapan
hidup. Pada masa yang akan datang tantangan terhadap dampak osteoarthritis akan
lebih besar karena semakin banyak populasi lansia. Didukung data Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 200, menyebutkan Indonesia
merupakan negara urutan keempat dengan jumlah lansia paling banyak sesudah
Cina, India, dan Amerika Serikat.
Gejala
Secara umum, gejala utama osteoarthritis adalah
timbulnya rasa nyeri. Walaupun demikian, penyakit ini bisa tanpa gejala
(asimptomatik), artinya walaupun menurut hasil X-ray hampir 70% diantara kita
yang melewati usia 70 tahun dideteksi menderita penyakit osteoarthritis,
tetapi hanya setengahnya yang mengeluhkan gejalanya, sedangkan sisanya hidup
secara normal. Berikut ini gejala-gejala osteoarthritis:
a. Persendian terasa kaku dan nyeri
apabila digerakkan. Pada mulanya hanya terjadi pada pagi hari, tetapi apabila
dibiarkan akan bertambah buruk dan menimbulkan rasa sakit setiap melakukan
gerakan tertentu, terutama pada waktu menopang berat badan, namun bisa membaik
bila diistirahatkan. Pada beberapa penderita, nyeri sendi dapat timbul setelah
istirahat lama, misalnya duduk di kursi atau di jok mobil dalam perjalanan
jauh. Terkadang juga dirasakan setelah bangun tidur di pagi hari.
b. Adanya pembengkakan/peradangan pada
persendian.
c. Persendian yang sakit berwarna
kemerah-merahan.
d. Kelelahan yang menyertai rasa sakit
pada persendian.
e. Kesulitan menggunakan persendian.
f. Bunyi pada setiap persendian (crepitus).
Gejala ini tidak menimbulkan rasa sakit, hanya rasa tidak nyaman pada setiap
persendian (umumnya lutut).
g. Perubahan bentuk tulang. Ini akibat
jaringan tulang rawan yang semakin rusak, tulang mulai berubah bentuk dan
meradang, menimbulkan rasa sakit yang amat sangat.
Factor risiko
Factor risiko
a. Usia
Merupakan faktor resiko
tertinggi untuk osteoarthritis. Peningkatan prevalensi osteoarthritis dijumpai
seiring dengan peningkatan usia. Pada survey radiografik terhadap perempuan
berusia kurang dari 45 tahun, hanya 2 % menderita osteoarthritis; namun, antara
usia 45 tahun dan 65 tahun prevalensinya 30 %, sedangkan untuk yang berusia
lebih dari 65 tahun angkanya 68 %. Pada laki-laki, angkanya serupa tetapi sedikit
lebih rendah pada kelompok usia tua (Cash, 2000).
b. Obesitas
Pada keadaan normal
berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi otot paha bagian
lateral sehingga resultan gaya akan melewati bagian tengah/ sentral sendi
lutut. Sedangkan pada orang yang mengalami obesitas, resultan gaya akan
bergeser ke medial sehingga beban gaya yang diterima sendi lutut tidak seimbang
(Parjoto, 2000). Pada orang yang memiliki indeks massa tubuh berada di quintile
tertinggi pada pemeriksaan dasar, resiko relatif mengalami OA lutut dalam 36
tahun mendatang adalah 1,5 untuk laki-laki dan 2,1 untuk perempuan. Untuk OA
lutut yang parah, resiko relatif meningkat menjadi 1,9 untuk laki-laki dan 3,2
untuk perempuan, yang mengisyaratkan bahwa kegemukan berperan lebih besar dalam
etiologi kasus OA lutut yang parah (Brandt, 2000).
c. Pekerjaan aktivitas fisik yang banyak membebani
sendi lutut
Mempunyai resiko
terserang OA lebih besar (Parjoto, 2000). Osteoarthritis lebih sering terjadi
pada sendi yang digerakkan secara berulang daripada sendi lain di tangan.
Laki-laki yang pekerjaannya memerlukan penekukan lutut dan paling sedikit
tuntutan fisik tingkat sedang lebih sering memiliki tanda radiografik OA lutut,
dan gambaran radiografiknya cenderung lebih berat daripada laki-laki yang
pekerjaannya tidak memerlukan keduanya (Kalim, 1996).
d. Jenis kelamin
Wanita lebih banyak
daripada pria (Parjoto, 2000) Menurut penelitian di Amerika Serikat, osteoarthritis
lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria. Ini berhubungan dengan
menopause. Pada periode ini, hormon estrogen tidak berfungsi lagi. Sementara
salah satu fungsi hormon ini adalah untuk mempertahankan massa tulang. Bentuk
tubuh perempuan juga menjadi penyebab mengapa perempuan lebih berisiko
mengalami osteoarthritis. Tubuh wanita lebih lebar di bagian pinggul, sementara
laki-laki cenderung lurus. Biasanya lemak bertambah di pinggul dan perut ketika
perempuan beranjak tua. Ini jelas akan memberikan beban yang lebih besar untuk
lutut.. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan laki-laki
lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita,
tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada
wanita daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis OA (Kalim, 1996).
e. Faktor hormonal/ metabolism
Diabetes melitus
berperan sebagai predisposisi timbulnya OA. Meskipun belum ada bukti yang jelas
bahwa faktor hormonal terlibat sebagai penyebab OA. Bagaimanapun, perubahan
degeneratif di lutut dan spine pada umumnya terjadi pada pasien dengan penyakit
diabetes. Pasien yang mengalami hypothyroid biasanya/ sering mengeluh nyeri
pada otot, tapi angka kejadian OA tidak meningkat pada kasus ini (Moll, 1987).
f. Suku bangsa
Prevalensi dan pola
terkenanya sendi pada OA tampaknya terdapat perbedaan di antara masing-masing
suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan
Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli
(Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan (Kalim, 1996).
g. Riwayat imobilisasi.
h. Riwayat trauma atau radang di persendian
sebelumnya.
i.
Adanya stress (tekanan) pada sendi yang
berkepanjangan ataupun berlebihan (overuse), misalnya pada olahragawan.
j.
Adanya kristal pada cairan sendi atau
tulang rawan.
k. Densitas (kepadatan) tulang yang tinggi.
l.
Neuropati perifer. Neuropati perifer (peripheral
neuropathy) adalah penyakit pada saraf perifer. Saraf tersebut adalah semua
saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang belakang (perifer berarti
jauh dari pusat).
m. Faktor lainnya seperti ras, keturunan, dan
metabolik.
Pengobatan
Pengobatan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan
meningkatkan luas pergerakan sendi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Cara pengobatan adalah dengan edukasi kepada pasien untuk terus menjaga
kesehatan persendiannya dengan mengetahui seluk beluk osteoarthritis,
olahraga yang ringan, modifikasi aktivitas keseharian yang sesuai, pengobatan
dengan menggunakan Glucosamine dan Chondroitin, terapi
alternatif, suntik sendi, dan yang paling serius dilakukan adalah operasi
pembedahan.
Perjalanan penyakit osteoarthritis terdiri dari empat
stadium. Pada stadium yang lebih awal, seperti stadium 1 dan 2, pengobatannya
dapat dilakukan dengan penanganan umum atau pencegahan, pemberian obat-obatan,
atau pembersihan sendi. Salah satu suplemen makanan yang digunakan untuk terapi
osteoarthritis adalah Glucosamine dan Chondroitin,
masing-masing memiliki fungsi yaitu:
- Glukosamine adalah bahan pembentukan proteoglycan, bekerja dengan merangsang pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat perusakan tulang rawan.
- Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan dan menghambat perusakan tulang rawan.
Pembersihan dan pencucian sendi yang dikenal dengan istilah debridement
dan lavage saat ini dapat dilakukan dengan bantuan arthroscopy.
Lewat alat ini dokter dapat memasukkan teropong kecil ke dalam sendi dan
melihat keadaan sendi di layar monitor. Alat ini juga dapat digunakan untuk
diagnosis dan terapi (pengobatan) pada sendi, baik sendi lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan, kaki, maupun panggul dengan indikasi utama untuk cedera
sendi akibat olahraga.
Sebelumnya, penanganan osteoarthritis dilakukan
dengan operasi konvensional, yakni teknik operasi dengan luka besar. Teknik ini
memerlukan proses pemulihan lebih lama dan risiko operasi pun lebih besar.
Dengan arthroscopy, risiko tersebut bisa dikurangi. Luka untuk
memasukkan alat ini sangat kecil, sekitar 1,5 centimeter dan biasanya hanya
diperlukan dua buah luka kecil sehingga secara kosmetik akan tampak lebih baik.
Dalam penggunaan arthroscopy, dokter melakukan pembersihan sendi yang
sakit dengan mencucinya hingga bersih. Selain itu, dokter dapat pula melihat
langsung ke dalam sendi dan apabila ada kelainan maka dapat dilakukan perbaikan
atau tindakan lain melalui luka yang kecil tadi. Kelainan dalam sendi yang
sulit dilihat dengan pemeriksaan radiologis dapat pula dilihat secara langsung
melalui arthroscopy.
Untuk penanganan osteoarthritis dengan melakukan
operasi dapat dilakukan juga melalui proses viskosuplementasi. Proses viskosuplementasi adalah cara yang dapat
membantu pemulihan dan peningkatan pembatalan serta pelumasan cairan sinovial
persendian pada penderita osteoarthritis. pada proses viskosuplementasi
dilakukan penyuntikan semacam cairan atau gel yang sama dengan cairan sinovial
ke dalam persendian untuk memulihkan sifat peredam kejut (shock breaker)
serta pelumasan cairan sinovial yang terkena osteoarthritis.
Pada stadium lanjut, seperti stadium 3 dan 4, sering kali
sendi, terutama lutut, menjadi bengkok sehingga diperlukan penggantian sendi
lutut. Tindakan yang disebut arthroplasty ini adalah penggantian
permukaan sendi pangkal paha. Setelah operasi ini, pasien dapat berjalan
kembali dengan baik tanpa terasa nyeri.
Untuk tips perawatannya:
- Berikan kompres air hangat pada bagian yang sakit untuk mengurangi nyeri, relaksasi, dan melancarkan aliran darah.
- Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit dan ketegangan otot saat terjadi kekambuhan.
Jika ada gejala osteoporosis,
dapat dilakukan terapi hormon, pemberian kalsium, dan vitamin D.
Pencegahan
1. Pencegahan
Premordial
Pada prinsipnya upaya pencegahan premordial adalah
mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar dalam masyarakat serta
melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap resiko yang ada atau berlangsung
dalam masyarakat.
Untuk penyakit osteoartrhitis, pencegahan premordialnya antara lain :
- Membuat sarana olahraga umum seperti jogging track dan fasiitas olahraga lainnya
- Mempertahankan pola makan yang sehat.
2. Pencegahan
Primer
a. Promosi
kesehatan
·
Promosi tentang bahaya dari penyakit
osteoarthritis
·
Mengadakan penyuluhan akan kesedaran pola
hidup sehat
b. Pencegahan
Khusus
·
Menjaga berat badan. Merupakan faktor yang penting agar
bobot yang ditanggung oleh sendi menjadi ringan.
·
Melakukan jenis olahraga yang tidak banyak menggunakan
persendian atau yang menyebabkan terjadinya perlukaan sendi. Contohnya berenang
dan olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk dan tiduran.
·
Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur. Jangan
memaksa untuk melakukan olahraga porsi berat pada usia lanjut. Tidak melakukan
aktivitas gerak pun sangat tidak dianjurkan. Tubuh yang tidak digerakkan akan
mengundang osteoporosis.
·
Menghindari trauma (perlukaan) pada persendian.
·
Meminum obat-obatan suplemen sendi (atas konsultasi dan
anjuran dokter).
·
Mengkonsumsi makanan sehat.
·
Memilih alas kaki yang tepat & nyaman.
·
Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik.
·
Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.
·
Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O,
jangan dibiarkan. Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada
semua permukaan tulang.
3. Pencegahan
Sekunder
a. Diagnosis
Dini
Diagnosois dini dapat
dilakukan dengan cara:
· Pencitraan,
meliputi:
- Sinar
X
Pencitraan dengan sinar
X terhadap persendian yang terkena osteoarthritis dapat melihat penyempitan di
persendian. Kondisi ini mengindikasikan bahwa tulang rawan kian terkikis. Sinar
X juga mengetahui adanya penonjolam tulang di sekitar sendi, bahkan banyak
orang yang sudah tahu mereka menderita osteoarthritis setelah menjalani
pemeriksaaan dengan sinar X, meskipun belum muncul gejala.
- Magnetic
resonance imarging (MRI). MRI merupakan gelombang radio dan medan magnet kuat
untuk menghasilkan gambar yang jelas dari tulang dan jaringan lunak, termasuk
tulang rawan. Hal ini dapat membantu untuk mengetahui penyebab pasti rasa sakit
pada persendian
· Uji Laboratorium, meliputi:
· Uji Laboratorium, meliputi:
- Tes
darah
Tes darah dapat
membantu mengetahui penyebab lain dari sakit persendian, misalnya rheumatoid
arthritis.
- Analisis
cairan sendi
Digunakan jarum khusus
untuk menyedot cairan dari persendian yang sakit, kemudian cairan tersebut
diperiksakan di laboratorium untuk menentukan apakah ada peradangan atau
disebabkan oleh encok atau infeksi.
b. Pengobatan
Secara Tepat
Pengobatan secara tepat
dapat dilakukan dengan operasi, meliputi:
· Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan
diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang
disebut prostesis.
· Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang
akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang
menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
· Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk
osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel
tidak menerima beban saat bergerak.
4. Pencegahan
Tersier
a. Rehabilitasi
Rehabitasi untuk
penyakit osteoarthritis dapat dilakukan dengan melatih mobilisasi dan
mengkonsumsi makanana bergizi (khususnya tinggi kalsium)
DAFTAR PUSTAKA
thankss,
BalasHapus